» pontren As'adiyah berpusat di kota sengkang kab. wajo sulawesi selatan (kota sutera) alamat di jalan masjid raya no. 100 sengkang atau di kampus 1 jalan veteran no. 46 sengakng pondok pesantren As’adiyah akan Tetap Jadi Mercusuar » pondok pesantren as'adiyah

pondok pesantren As’adiyah akan Tetap Jadi Mercusuar

Drs H. Muhammad Yunus Pasanreseng Andi Padi, M.Ag, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam As’adiyah, Sengkang

Pengurus Besar (PB) As'adiyah menggelar Muktamar XII di Sengkang akhir pekan lalu. Banyak harapan yang disandangkan kepada organisasi pembina pondok pesantren pertama di Sulsel ini.
Salah seorang alumni As’adiyah yang kini menjabat Ketua STAI As'adiyah Yunus Pasanreseng melontarkan berbagai harapan dan gagasannya kepada wartawan Harian Fajar Alief Sappewali, Jumat 31 Agustus 2007. Berikut petikannya:


* Kiprah As'adiyah di bidang pendidikan dan dakwah kini sudah mencapai 79 tahun. Tentu banyak hal yang telah disumbangkan kepada bangsa dan daerah ini. Bisa dijelaskan tentang As’adiyah ini?

As’adiyah adalah sebuah lembaga pendidikan, tepatnya pondok pesantren yang muncul sejak tahun 1928. Pesantren ini merupakan pesantren tertua di Sulawesi Selatan. Pendirinya adalah ulama besar keturunan Bugis alumni Mekah, AGH Muhammad As’ad yang akrab disapa Gurutta Sade. Dalam kurun waktu 79 tahun itu, sudah tak terhitung kontribusi As’adiyah untuk pembangunan keagamaan di Indonesia. Alumninya sudah tersebar di Indonesia. Tak sedikit di antaranya yang telah mendirikan pondok pesantren tersendiri terlepas dari As’adiyah dengan kebesarannya masing-masing.

* Bisa disebutkan beberapa alumni As’adiyah yang saat ini berkiprah di tingkat nasional dan lokal?

Banyak sekali alumni As’adiyah yang telah berkiprah di tingkat nasional. Sebut saja mereka, antara lain Dirjen Bimas Islam Prof Dr Nasaruddin Umar, Staf Ahli Menteri Agama Prof Dr Musda Mulia, dan Rektor Institut Ilmu Alquran Jakarta Prof Dr Darwis Hude. Di tingkat lokal juga tidak sedikit. Mereka umumnya kini mengabdikan diri di IAIN Alauddin (kini UIN Alauddin). Mereka antara lain Prof Dr HM Rafii Yunus Maratang, mantan Asdir I Pascasarjana IAIN Alauddin yang kini telah memasuki masa purnabakti. Masih banyak lagi alumni As’adiyah yang mengabdikan diri pada berbagai bidang.

* Muktamar kali ini mengagendakan pembentukan pengurus baru dan perumusan program untuk mempertajam visi dan misi As’adiyah ke depan. Menurut Anda, apa yang paling diharapkan dalam muktamar ini?

Kinerja As’adiyah selama ini saya anggap sudah sangat bagus. Namun, masih harus terus ditingkatkan. Kami berharap As’adiyah tetap akan menjadi mercusuar di seantero Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan Islam, As’adiyah diharapkan dapat terus berbenah untuk menciptakan alumni berkualitas. Pada akhirnya, kami berharap As’adiyah tetap mampu menjaga citra positif yang melekat selama ini, yakni tercium semangat dan baumu dari segala arah.

* Soal kualitas alumni As’adiyah, itu sangat terkait dengan STAI As’adiyah yang Anda pimpin. Apa program Anda untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu?

Saat ini, kami tengah menggagas alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam menjadi institut. Menurut kami, ini adalah tuntutan zaman. Alih status ini merupakan yang ketiga bagi perguruan tinggi yang berpusat di Sengkang ini. Awalnya bernama Perguruan Tinggi As’adiyah dengan tiga fakultas. Lalu, berubah menjadi Institut Agama Islam, kemudian berubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). Tahun ini, proses perubahan menjadi institut lagi sementara diproses. Perubahan-perubahan tersebut semata-mata karena tuntutan zaman.

* Apa yang mendasari perubahan dari sekolah tinggi menjadi institut?

Sekarang timbul kesadaran dalam dunia pendidikan mengenai integrasi agama dengan sains. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang dipimpin Rektor Prof Dr Azhar Arsyad telah menggelindingkan konsep ini. Selama ini STAI As’adiyah berkiblat pada UIN Alauddin. Perguruan tinggi swasta, termasuk STAI ini dituntut untuk mampu mewujudkan dan mengimplementasikan konsep ini di tengah-tengah masyarakat. Agama Islam sebenarnya sangat dekat dengan sains. Intinya, bagaimana ilmu pengetahuan dibahasakan dengan agama serta bagaimana teknologi dibahasakan dengan bahasa Islam.

* Konsep ini tentu hanya bisa terwujud jika didukung fasilitas yang memadai. Bagaimana kesiapan STAI soal ini?

Selama dua tahun kepemimpinan saya, pembenahan fisik kampus terus dilakukan. Saat ini kami memiliki gedung permanen berlantai dua. Kami usahakan semua ruang perkuliahan menggunakan AC agar kegiatan perkuliahan berlangsung nyaman. Selain itu, kami juga terus berusaha meningkatkan kesejahteraan karyawan dan staf pengajar. Harus diakui, selama ini pendapat mereka masih sangat standar. Sumber dana kami memang masih sangat terbatas. Tetapi, bagi kami soal dana adalah urusan kedua. Yang paling penting adalah keinginan atau gagasan yang tajam dan Visioner. Harapan kami, PB As’adiyah bisa memberi dukungan optimal untuk mewujudkan rencana-rencana tersebut.

* Bagaimana kondisi mahasiswa dan staf pengajar di STAI saat ini?

Untuk tahun 2007 ini, jumlah mahasiswa kami berkisar 500 orang. Semuanya adalah program strata satu (S1) dengan tiga konsentrasi, yakni aqidah filsafat, pendidikan agama Islam, dan akhwalus syassiah (syariah). Sebelumnya kami juga menerima mahasiswa Diploma Dua (D2). Namun, program tersebut telah berakhir tahun 2007 ini. Selanjutnya, mulai tahun ajaran ini, kami juga membuka program studi baru, yakni pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (PGMI). Tahun ini juga, kami telah membuka program pascasarjana. Kami bekerjasama dengan UIN Alauddin dan Pemerintah Kabupaten Wajo. Mahasiswa angkatan perdananya berjumlah 22 orang. Sementara staf pengajar kami terdiri dari S2 sebanyak 30 orang dan 13 orang guru besar.

* Selama ini ada kesulitan alumni perguruan tinggi swasta dalam berburu pekerjaan. Sejauh ini, bagaimana daya serap alumni STAI As’adiyah di bursa kerja?


Alhamdulillah kondisi itu tidak terjadi pada alumni kami. Sebaliknya, daya serapnya dalam pasar kerja cukup bagus. Pada penerimaan CPNS tahun lalu misalnya, sekira 80 persen alumni kami mengisi kuota yang disiapkan. Hanya ada persepsi orang yang kadang-kadang lucu. Dikiranya, perguruan tinggi kami ini ilegal karena tidak terdaftar di Diknas. Padahal, Diknas bukan satu-satunya penyelenggara pendidikan, melainkan juga ada Departemen Agama.

* Anda mungkin tidak bisa bekerja sendiri. Artinya, dukungan yayasan mutlak diperlukan untuk mewujudukan berbagai gagasan itu. Komentar Anda?

Selama ini, kami memang merasakan kontribusi PB As’adiyah terhadap lembaga pendidikan tinggi ini belum maksimal. Makanya ke depan, kami berharap kepedulian yayasan dan PB As’adiyah bisa lebih ditingkatkan. Keduanya kan tidak terpisahkan dengan STAI ini. Terus terang kami butuh bantuan mereka. Semoga saja, Muktamar XII itu menghasilkan konsep baru yang lebih visioner untuk memajukan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan As’adiyah, termasuk STAI As’adiyah. (sappewali@fajar.co.id)

DATA DIRI
Nama Lengkap: Drs H Muhammad Yunus Pasanreseng Andi Padi, M.Ag
Lahir: Todasalo Liu, 19 April 1958
Alamat: Jl Bau Baharuddin No.1
Sengkang, Wajo
Istri: -
Anak: Andi Qurratul Aini, Andi Nurrahmah
Wahidah Inayah
Jabatan: Ketua STAI As'adiyah
Sengkang

Pendidikan:
-S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin (1986)
-S2 Dakwah/Komunikasi UMI Makassar (2004)

Riwayat Pekerjaan/Jabatan:
-Ketua Panwaslu Wajo (2004)
-Sekretaris Panwaslu Wajo (1999)
-Direktur BMT Baitulmal Wajo (2004-sekarang)
-Dewan Syariah BMT As’adiyah (2000-sekarang)
-Rois Syuriah NU Wajo (2003-sekarang)


liputan dari: www.fajar.co.id
Posted by misbah, Rabu, 05 Desember 2007 03.10

0 Comments:

<< Home | << Add a comment